Entah uda berapa banyak produk budaya dan kesenian negeri kita ini diklaim oleh negara laen, terutama oleh negara “ MALINGSIAL ”, ( ehh. . salah ketik, maksudnya
Mengingat penduduk
Dilihat dari sejarahnya, selepas masa Soekarno, hubungan Indonesia-Malaysia sebenarnya kelihatan relatif mesra. di Malaysia pernah buat masalah, tapi hal ini terlalu dibesar-besarkan oleh pihak
Media juga sebenarnya punya peran dalam membuat urusan bertetangga ini jadi kian memanas. Liat aja kasus pulau Sipadan-Ligitan. Walopun dalam sengketa, berdasarkan Undang-undang, kedua pulau tu bukan milik Indonesia, kendati Indonesia akan diuntungkan seandainya kedua pulau tersebut jatuh ke tangan Indonesia. Tapi yang terjadi, media malah menulis seolah-olah kedua pulau tu hilang dari genggaman kita. Tentu aja hal ini menimbulkan persepsi yang berbeda di masyarakat.
Apapun itu, harusnya kasus kayak gini bisa jadi peringatan. Bangsa ni kayaknya kurang bersyukur. Udah diberi 17 ribu pulau lebih, tapi ampe skarang masih banyak yang belum dinamai. Kita punya segudang kesenian dan tarian yang mempesona, tapi tak banyak dari kita yang mau mempelajari dan melestarikan. Papan-papan penunjuk jalan di Denpasar banyak yang berisikan tulisan aksara
Untungnya, kasus-kasus pencurian budaya semacam ni juga memberikan blessing in disguise buat kita. Sejak batik diklaim ma Malingsial, skarang banyak instansi yang mewajibkan penggunaan seragam batik di hari-hari tertentu. Anak muda pun gak lagi canggung kalo make pakean batik karena desain dan motifnya terus berkembang menyesuaikan jaman. Teman-teman di luar negeri pun kian bersemangat dalam mempromosikan budaya
Saya sendiri sangat bangga dan bahagia jadi bangsa kata Hillary Clinton, Indonesia adalah model dunia masa depan. Memang di Negara kita ni masi banyak pejabat-pejabat yang korupsi, masi banyak orang yang pengangguran, masi banyak orang-orang miskin, dan keamanan Negara yg masih belum stabil. Tapi negeri kita ni punya potensi buat jadi Negara besar dan superpower di masa depan ( amiien ^.^ ). Dan banyak bangsa laen yang iri dengan potensi yang kita punya.
Sebagai catatan dan renungan akhir dari saya, jangan ampe kasus kayak gini justru menjadi maling teriak maling. Artinya, kita sering mengeluh negara laen membajak kekayaan negeri kita ni, tapi di sisi laen kita lupa kalo pembajakan di negeri ini masi cukup tinggi. Jangankan produk software atau musik luar negeri, karya bangsa sendiri aja masi sering dibajak. Bukankah tu juga sesuatu yang cukup memalukan? Ingatlah kalo
Merdeka!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar